Kamis, 01 Oktober 2009

Love at First Sight (part1)

Aku mengingat-ingat kembali pesan yang disampaikan oleh bapak tukang ojek yang sebelumnya mengantarku kemari dengan upah 5000 sesuai yg disepakati, dia tampak berterimakasih sekali menerima uang itu, aku jadi iba melihatnya, rasanya ingin aku beri lebih dari itu, karena tampaknya dia adalah orang yang baik, dia juga memberiku petunjuk arah jalan pulang menuju terminal busway. Dia menyuruhku naik angkot berwarna biru, setelah itu aku turun di perempatan lalu jalan sedikit sampailah ke halte busway Rawa buaya.
sambil menghela nafas panjang, mencoba terus semangat karena memang beginilah perjuangan utk merampungkan Tugas akhir, Dosen dimana pun dikejar, asal Tugas akhir rampung.


Ternyata Harus transit dahulu di grogol sebelum akhirnya aku bisa naik busway tujuan lebak bulus, dulu yang aku tahu bus tujuan lb Bullls itu selalu penuh sesak dan kita pasti tidak akan dapat tempat duduk. Saat menunggu di halte grogol, takdir mempertemukanku dengan seorang eksmud tampan, umurnya mungkin 25 tahun’an, tinggi badanya sedang, rambut pendek ikal, mengenakan kemeja merah marun dilengkapi rompi wol berwarna merah marun pula, hmmm tampan sekali, bibirnya merah delima, kulitnya putih.

Pria tersebut belum menyadari bahwa sedari awal dia datang tadi aku memandanginya. Tepat seperti dugaan ku sebelumnya, perlu Kira-kira setengah jam hingga bus tujuan lebak bulus pun datang, dengan berdesak desakan, akhirnya aku mendapatkan tempat berdiri dengan tangan menggantung, padahal aku lebih suka berdiri di pojok, dekat pintu karena disana terdapat palang besi yang bisa dijadikan sandaran atau pegangan yang lebih nyaman, walau sebenarnya buat aku tidak masalah berdiri berapa lama pun, sebab duduk pun tidak nyaman rasanya, bukan karena tempat duduknya atau karena penumpang di sisi kanan dan kiri ku, tapi aku merasa tidak nyaman apabila harus duduk-duduk tenang sementara ada orang lain yang berdiri, contoh ibu-ibu, duuh aku seringkali merasa seandainya itu adalah ibuku aku takkan tega membiarkan dia berdiri lama-lama seperti itu. Diam – diam aku melirik kembali pria tampan tadi diantara kerumunan penumpang yang lain. Matanya bulat dengan bulu mata yang lentik, aaah Subhannallah tampannya.

Setengah jam. Akhirnya aku dapat kursi kosong dan begitu pula dengan pria tadi, kami pun duduk saling berhadapan, saling bertukar pandang dalam jarak yang lebih dekat dari sebelumnya, meski dia mengalihkan pandangannya dari mataku, namun kemudian seringkali aku memergokinya sedang memandang balik kearahku (aaah senangnya!) tapi aku tak boleh geer dulu, bisa saja hal itu terjadi karena kami duduk saling berhadapan itu saja. Posisi duduknya Nampak tak tenang, entah mengapa, dia tidak menyandarkan bahunya, sementara sandarannya cukup lapang untuk itu.

Sesaat bus berhenti dia tiap halte, beberapa penumpang naik ada dua orang laki-laki dan satu orang wanita paruh baya bertubuh gempal, baru aku ingin menawarkan tempat dudukku pada wanita tersebut, namun niatku terdahului oleh lelaki tadi, dia dengan sukarela seraya tersenyum ramah menawarkan kursinya, lalu melangkah perlahan kembali ke posisinya awal di pojok busway. Semakin besar ‘daya magnet’ pria ini di diriku, meski jarak kami tak sedekat tadi, ternyata dia masih seringkali mencuri-curi pandang dariku. Jam saat itu hampir pukul 16.00, busway yang kutumpangi sudah mulai lenggang, semua penumpang tak ada yang berdiri, semua duduk kecuali dia, kami masih saling mencuri-curi pandang, hingga akhirnya dia tertunduk lalu pelan-pelan mengeluarkan muhsafnya (AL-Quran kecil) dan mulai membacanya, aku tersenyum kagum melihatnya, seorang pria tampan dan sholeh juga, waaw siapa yang tidak mau? dan berharap seandainya saja jodohku adalah orang yang sholeh seperti dia.

“Seorang pangeran tampan dalam Aura wibawa seorang imam, yang akan menggandeng tanganku lembut, menuntunku, menemaniku di sisa umurku berjalan menyusuri jalan menuju keridhaanNYA”.


Kukira kami satu tujuan, yaitu halte lebakbulus, ternyata tidak, dia turun lebih awal di halte tanah kusir, sayang sekali pikirku, padahal aku ingin bersamanya lebih lama, tahu namanya saja tidak, tinggal dimana? kerja dimana? Umur berapa?, apakah masih single? aku tak tahu, apa kami akan bertemu lagi?
Wallahualam,
yang aku tahu hanyalah dia mencuri hatiku sejak pandangan pertama, dan yang terakhir aku tahu, dia akan ada di halte Grogol menunggu busway tujuan lebak bulus.



1 komentar: