Sabtu, 18 Desember 2010

Hijab Adalah Cinta

Teman, Ini adalah pengalaman pribadiku tiga tahun yang lalu.
Awalnya tak pernah sedikitpun terfikir olehku untuk mengenakan Jilbab. Tidak sama sekali, dan tak pernah tertarik untuk itu. Maklum memang saat itu ilmu agamaku masih lah minim.
Aku menjalani keseharianku, tak jauh seperti gadis bebas lainnya, tak ada batasan. Pakai celana jeans ketat dan T’shirt itu favoritku, tapi untung tidak sampai memakai tanktop saja. Karena aku pun memang memiliki karakter tomboy.

Hingga suatu hari, sebagai seorang wanita, tentulah aku menginginkan seorang lelaki sejati yang benar-benar mencintai kita lahir dan batin, dan tak hanya dari penampilan fisik terutama nafsu belaka. Aku pernah pacaran, dan berganti-ganti pacar, namun dari semuanya, hanya ada satu yang aku simpulkan, PACARAN ITU SIA-SIA! Karena semuanya, Ujung-ujungnya Hanyalah NAFSU. Wahai Muslimah, jangan pernah percaya kepada mulut seorang lelaki, saat mereka berkata mereka mencintaimu, kecuali dia Melamarmu, karena semua itu DUSTA!.
Alhamdullilah meskipun aku bukan seorang jebolan pesantren ataupun rajin mengikuti majelis, Allah masih membekali aku cahaya hidayahnya.

Sejak hari itu kuputuskan, AKU TAK AKAN PACARAN LAGI, dan berbekal sebuah kejadian yang membawa Hidayah luar biasa (tak bisa aku ceritakan secara detail) atas seizin Allah, aku mulai rajin mendalami agama, mulai dari mendengarkan ceramah d radio, di TV, melalui buku-buku islam, sejarah, fikih, hikmah dsb. Aku mulai memperbaiki rutinitas hidupku, bangun tengah malam untuk shalat malam, dilanjutkan sahur dan shalat subuh. Sungguh aku menemukan sebuah telaga ketenangan disana.
Hari demi hari berlalu, minggu berganti minggu. Tepat dua minggu kemudian memasuki Bulan Ramadhan. Saat aku tengah asik menyaksikan sebuah acara televisi. Muncul seorang artis, (aku lupa namanya) dia meninggal karena sakit (lupa sakit apa), tepat di bulan puasa saat itu. Yang menarik, artis tersebut, dikabarkan oleh keluarganya, meninggal dalam keadaan usai solat dan masih bermukena di kamar rumah sakit, Insya Allah Khusnul Khotimah. Subhanallah, tentu aku penasaran, bagaimana bisa seorang artis, yang identik dengan Hura-hura, mendapatkan kenikmatan itu?
Secara khusus, Infotaiment di TV tersebut menayangkan kembali tayangan documenter tentang perjalanan si Artis sejak pertama menapaki Panggung keartisan, dan hingga kemudian dia menarik diri dari dunia tersebut dan memilih bertobat, berjilbab dan memperdalam agamanya. Di sela-sela dokumentasi wawancara, ada bagian si Artis mengemukakan keinginan dan keteguhannya untuk berjilbab.
“Memang tidak mudah yah, untuk berjilbab, semua orang pasti akan meremehkan dan bla..bla (saya lupa). Tapi biar bagaimanapun adalah kewajiban seorang wanita untuk menutup auratnya” begitu kira2 penggalan ucapannya. Dia juga menambahkan bahwa dirinya ikhlas di cemooh oleh siapapun, yang penting dia menunaikan kewajibannya menutup aurat.

Sejak saat itu, aku merasa diingatkan, bahwa masih ada kewajiban yang lain yang harus ditunaikan sebagai seorang wanita, selain shalat 5 waktu, yaitu menutup aurat. Aku pun mulai mencari-cari info tentang Jilbab dari seorang Ustadjah kenalannku, dari buku-buku dsb. Dan semua itu aku lakukan diam-diam, bahkan keluargaku/sahabatku pun tak tahu. Bukan apa2, aku hanya tak mau bila sudah berseloroh bahwa aku akan berjilbab namun ternyata tak jadi atau Cuma ‘Omdo’.

Semakin aku mencari ilmu, semakin kuat keinginanku untuk berjilbab. Betapa iri dan damainya hatiku saat melihat para akhwat-akhwat yang berjilbab sempurna (sempurna loh, bukan jilbab gaul), saat jilbab mereka yang berjuntai panjang hingga perut itu menari disibak angin, indah sekali. Sungguh merekalah sesungguhnya para Bidadari dunia dan calon bidadari surga. Aku iri.


AKU TAK PUNYA JILBAB

Meski keinginan itu sudah ada, aku tak bisa merealisasikannya, kendalanya, aku bahkan tak punya sehelaipun baju yang layak untuk konteks berjilbab, baju yang kupunya hanyalah celana jeans ketat dan tshirt ketat, betapa sedihnya aku. Namuan sejak saat itu pula kuputuskan untuk menabung mati-matian untuk membeli pakaian yang layak. Aku berhasil membeli sebuah jilbab putih yang panjang, namun itu belum cukup, aku ingin membeli rok dan baju atasan yang longgar.
Aku terus menangis, memohon agar Allah memudahkan rejeki untukku, untuk membeli keperluanku. Setiap Shalat aku selalu menangis, agar Allah tidak mencabut umurku sebelum aku berjilbab, tak bisa kubayangkan, apa yang akan aku katakan kepada Allah dan Rasul serta Bunda Fatimah Az-zahra, penghulu wanita di surga, saat mereka bertanya, mengapa aku yang bersyahadat dan mengaku Muslimah, namun tidak menutup aurat??? Na’udzubillah himindzalik
Beberapa teman mulai menyadari keanehanku, yang belakangan ini sering kali mengenakan jaket besar, padahal cuaca kota Jakarta panas terik kala itu. Aku hanya tersenyum saja, dan membiarkan mereka meledekiku, dikira pamer jaket. Karena alasan sebenarnya, setidaknya aku bisa menutup aurat bagian atasku.


COBAAN dan FITNAH yang Membawa BERKAH

Dua bulan aku menabung, aku berhasil membeli 2 jilbab panjang, dan 2 buah rok. 1pasang manset dan kaoskaki. Rasanya tak sabar untuk memakainya, namun masih belum cukup karena aku tak punya baju atasan. Aku bertekad, bulan depan saat aku sudah punya atasan, maka aku siap memakai Jilbab.
Ternyata kehendak Allah saat itu lain, agaknya, Allah begitu menyayangiku sehingga membantu membulatkan tekadku untuk memakai jilbab secepatnya, dengan bantuan FITNAH.
Seorang teman lelaki di kampusku, menyukaiku, dan semua itu berujung pada fitnah untukku dan juga dirinya. Sebut saja namanya Reza.
Jujur aku merasa risih karena Reza terus mendekatiku dan bersikap tak sopan padaku. Puncak amarahku padanya terjadi.

Di Kamar Kos seorang temanku, dia Lancang masuk kedalam kamar mandi tanpa seizinku (saat itu memang pintu kamar mandinya rusak sehingga tak bisa dikunci) tepat saat aku hendak mengambil wudhu, entah apa yang sebenarnya diniatkannya, dengan cekatan dia masuk dan dia menutup pintu, dengan hanya aku dan dirinya berdua di dalam!. Sontak Aku kaget dan marah serta mengancamnya serius. Aku segera menghardiknya untuk keluar dan mengancam akan berteriak. Melihat aku yang benar-benar emosi, dia pun mengurungkan niatnya, dan mellengos keluar dari kamar mandi. Namun yang membuat hatiku sakit adalah teman-teman di ruang kos itu hanya tertawa, dan berfikir kalau di dalam baru terjadi moment seru. Ditambah Reza hanya tertawa menang, dan bersikap seolah bangga dan telah melakukan sesuatu.
Fitnah semakin mnyeruak. Hati aku sakit, sejak saat itu, aku tak pernah mau lagi menginjakan kaki disana bila keadaannya tanpa ada seorang teman wanita.

Sejak peristiwa itu, Bulatlah sudah tekadku untuk berjilbab, apapun yang terjadi. Meski hanya bermodal dua buah rok, dua jilbab, Sebuah kaus tangan panjang (bekasku dulu). Aku nekat berjilbab, aku tak peduli orng akan menganggap apa karena mungkin saat aku ke kampus selama seminggu berturut aku kan mengenakan pakaian yang sama. Aku tak perduli. Aku tidak mau diganggu dan dilecehkan oleh lelaki

Betapa terkejut dan tercengangnya teman-teman kampusku dan sahabatku. namun sahabat terdekatku mereka mendukung ku, bahkan memberi pinjaman baju atasan yang longgar-longgar padaku. Sejak saat itu. Tak lama kemudian Alhamdulilah, keluarga ku membelikanku baju-baju baru, jilbab baru. Sekarang bila aku buka lemari bajuku. Semua sudah lengkap. Alhamdullilah.

INILAH JIHAD ku..
Bila di analogikan, sama seperti saat kita akan memasuki perguruan tinggi, maka akan ada ujiannya dulu, atau saat kita hendak mengambil program beasiswa, jelas ujian yang ditempuh tidaklah ringan.
Sama seperti halnya hidup, saat Allah akan memuliakan seorang hambanya, Dia akan terlebih dahulu menguji hambanya agar dia matang dan sanggup menempati “kelas/derajat” baru.
Setelah aku berjilbab, tak beratri masalah selesai, justru sebuah 'kelas' baru dimulai. Saat semua bibir mencemooh bahakan ada yang mengatakan aku stress karena tiba-tiba berjilbab dan mengenakan hijab. Atau Reza yang masih saja mengejar dan mengganguku meski aku sudah berjilbab. Bahkan keputusanku membuahkan Cibiran dan Fitnah baru.
Aku tetap harus bisa menjaga hati dan emosiku, meski ingin sekali aku berteriak kesal, terus menerus mebertahu fikihnya, alasan mengapa seorang muslimah tak bisa bergabung dengan selain mahromnya. Atau saat aku berbuat sebuah kesalahan, dan orang akan memaki-makiku habis-habisan dan mengatakan “percuma kamu berhijab kemana-mana, bila hatimu tak berubah, dan sama busuknya”

Aku berusaha menjadi yang terbaik dari diriku, meski aku sadar kapasitasku masihlah nol, dan manusia biasa. Aku akan berusaha menjadi lebih baik lagi. Karena inilah langkah awal dari jihadku, sebagai seorang wanita. Inilah JIHADku. Aku ingin menutup auratku hingga ajalku nanti, bahkan di padang masyhar sekalipun. Akan kututup Aurat ku dan belajar untuk menghijabi hatiku, Karena Hijab adalah bukti kita (sbg wanita) yg mencintai diri sndiri dan mencintai Allah

Aku takut dan malu padamu ya Allah, lindungilah lahir dan batinku selalu.

Nahliah, Jakarta 15 Des 2010


Tidak ada komentar:

Posting Komentar