Kamis, 01 Oktober 2009

Lebaran: Shalat Ied, Sungkem dan Cookies Coklat

Lebaran: Shalat Ied, Sungkem dan Cookies Coklat

Semalah aku sudah Adus (mandi besar) jadi aku tak perlu mandi pagi hehehe, habis bandung bagiku sangat dingin, maka cukup sikat gigi, cuci muka dan wudhu saja maka aku sudah siap pergi shalat ied, bibiku berkali-kali mengingatkan jangan lupa bawa Koran untuk salat Ied, padahal aku sudah tahu tanpa perlu diingatkan, sejak di kamar, aku sudah menjawab ‘iya’ seraya memegang beberapa lembar koran, beberapa detik kemudian saat tiba di pintu depan rumah, bibiku kembali bertanya dari balik pagar “korana teu lupa kan”? hingga aku mendengus sebal sendiri.

Shaf’nya tak sebanyak dahulu, aku tak tau mengapa, biasanya seperti tahun lalu jemaah yang hadir bisa membludak hingga memenuhi jalanan aspal. Entah, aku tak yahu mengapa lebaran tahun ini sepi pengunjung??

Seusai salat Ied seperti biasa sebelum kami boleh menyentuh makanan lebaran seperti ketupat, atau kue-kue, harus sungkem dahulu, secara berurutan dimulai dari sungkem kepada orang yang paling tua atau dituakan hingga yang sejawat dan terakhir yang umurnya dibawah kita. Sebenarnya aku agak malas dengan tradisi ini, biasanya pada saat kita sungkem orang yang lebih tua akan mengucapkan ‘mantra sakti’ yang mana orang bandel skalipun akan menangis dibuatnya. Jujur aku malu, pabila orang melihat aku menangis. Rasanya harga diriku jatuh bererakan.

Selanjutnya kegiatan rutin kami mengunjungi sanak saudara, ah aku malas karena suatu alasan jadi memilih diam dirumah saja. Awalnya aku dimarahi karena keputusan itu, tapi karena aku bersikeras untuk TIDAK ikut, ya sudah mereka hanya mendengus sebal dengan tingkahku. Maaf, Aku punya alasan sendiri melakukan ini.


Sepi rasanya rumah, setelah seluruh keluarga pergi. Rasanya sama seperti rumahku di jakrta, ups salah deh bukan rumahku tapi rumah kakakku, namun kakaku sendiri beserta keluarganya sekarang berdomisili di Australia, dia berprofesi sebagai engineering. Sekarang Pukul enam petang, sementara mereka pergi sejak pukul 2 siang, namun hingga kini belum juga pulang, aku mulai merasa kesepian, akhirnya aku sms adikku, mengapa pulangnya lama sekali, dia menjawab nti pulangnya jam tujuh’an,
“uuh” desah ku koq jawabannya gak singkron sama pertanyaan yang diajukan.

Dari acara silahturahmi atas saudara ada yang menjadi favoritku yaitu saat mengunjungi rumah tanteku dari pihak nenek di Gegerkalong. kenapa? Karena dia pandai sekali memasak. Baik masakan berat ataupun kue-kue. Dan yang paling aku sukai adalah Cookies coklat, rasanya enak diantara rasa manis ada rasa gurih,, iaa pokonya enak de, berbeda dengan Cookies biasa. Jadi timbul sedikit penyesalan karena memilih untuk tidak ikut.
Ada rasa minder menderaku, saat aku bersua dengan mereka (sanak saudaraku), posisi ku sebagai anak yatim yang menumpang di keluarga bibiku hingga fakta bahwa aku hanyalah sebagai anak dari seorang istri kedua seringkali mematahkan kepercayaan diri, dan mengotori pikiran sehatku.

Tak jarang aku merasa diriku tak lebih dari sebuah parasit yang selalu menempel pada siapa saja yang dirasa sebagai inang, dan aku selalu membebani orang lain. Aku tau bahwa itu hanyalah pikiran picik semata, namun Trauma atas luka masa lalu bukanlah perkara mudah, perlu waktu seumur hidup mengobatinya. Padahal hanya setahun sekali aku merasakan Cookies coklat tersebut, sama halnya seperti halnya Lebaran hari ini, karena ke’picik’an, aku tidak dapat mengecap manisnya Cookies Coklat atau ‘manisnya’ silahturahmi, aku lupa akan kata-kata ku sebelumnya, ”Bukankah hari yang fitri ini harusnya kita hiasi dengan hati yang bersih, bebas dari pongah, deskriminasi, atau interpretasi negative atas orang lain”.

Maaf, aku janji tahun depan aku tidak akan seperti ini lagi. Aku akan lebih sabar dan berjiwa besar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar